Kota Masisi terletak di daerah pegunungan yang subur dengan akses mudah ke ibu kota provinsi, Goma.
Pejuang pemberontak M23 di Republik Demokratik Kongo telah menguasai sebuah kota strategis di sebelah timur negara Afrika Tengah tersebut, kata politisi setempat, menambah kemajuan kelompok bersenjata tersebut baru-baru ini di wilayah tersebut.
Anggota parlemen provinsi Alexis Bahunga mengatakan kepada Reuters pada hari Minggu bahwa kelompok tersebut pada hari Sabtu menguasai Masisi, sebuah kota dan pusat administrasi lokal sekitar 80 kilometer (50 mil) dari kota utama Goma.
“Pemerintah akan mengambil langkah-langkah untuk memulihkan kewenangan negara atas seluruh wilayah,” ujarnya.
Perwakilan parlemen lainnya, Jean-Pierre Ayobangira Safari, mengatakan Masisi telah dibawa pergi “untuk sementara waktu”.
Corneille Nangaa, pemimpin Koalisi Sungai Kongo (AFC) yang anti-pemerintah, yang mencakup Gerakan 23 Maret (M23), mengatakan para pemberontak telah tiba di pusat Masisi pada Sabtu sore.
Koresponden Al Jazeera Alain Uaykani mengatakan sumber-sumber lokal mengatakan ribuan orang yang kehilangan tempat tinggal akibat pertempuran tersebut mencari perlindungan di daerah tetangga seperti Goma, yang telah menampung 4 juta orang yang kehilangan tempat tinggal.
Situasi keamanan di kota Masisi masih sangat tegang, sehari setelah pemberontak berhasil merebut wilayah strategis wilayah terbesar kedua tersebut. [taken] Dari pasukan pemerintah,” katanya di Goma.
“Presiden Republik Demokratik Kongo Felix Tshisekedi tetap bersikukuh bahwa tidak akan ada pembicaraan langsung [with the group]”.
PBB mengatakan hampir satu juta orang meninggalkan rumah mereka tahun lalu karena konflik.
Republik Demokratik Kongo menuduh Rwanda mendukung gerakan 23 Maret, namun Kigali membantahnya. Pembicaraan antara kedua presiden Angola tiba-tiba dibatalkan pada pertengahan Desember karena perbedaan pendapat mengenai syarat-syarat perjanjian perdamaian yang diusulkan.
Organisasi “M23” muncul lebih dari sepuluh tahun yang lalu dan telah melancarkan serangan mematikan selama bertahun-tahun. Basis utamanya berada di provinsi Kivu Utara yang kaya sumber daya.
Para pemimpinnya, yang sebagian besar berasal dari kelompok etnis Tutsi, mengatakan salah satu tujuan mereka adalah mempertahankan diri dari pasukan pimpinan Hutu yang melarikan diri dari Rwanda setelah genosida tahun 1994.
Mereka telah menduduki sebagian besar wilayah di Republik Demokratik Kongo bagian timur dan telah melakukan serangan bersenjata selama bertahun-tahun, sehingga memicu krisis kemanusiaan yang menimpa jutaan orang.
Masisi diperkirakan memiliki populasi sekitar 40.000 jiwa dan merupakan ibu kota administratif wilayah Masisi. Kota ini kaya akan sumber daya pertanian, peternakan, dan mineral.
Pendudukan di wilayah ini memberikan keuntungan besar bagi gerakan M23 dan telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemerintah mengenai potensi ancaman terhadap pusat-pusat politik dan komersial di dekatnya seperti Goma dan Bukavu.